Wisata Danau Toba – Wisata Museum Pusaka Karo – masyarakat karo secara umum memiliki nilai budaya sendiri yang telah turun temurun dari nenek moyang suku Karo yang telah menerapkan sistem religi, organisasi masyarakat, pengetahuan, bahasa, kesenian dan lainnya.
Berbekal unsur-unsur inilah orang Karo beranjak dan berkembang menjadi manusia yang modern dan hampir melupakan beberapa element tersebut yang kita sebut bersejarah atau pusaka untuk dilanjutkan dan dilestarikan dengan aman dan bijak sana.
Baca Juga Rumah Adat Karo
Museum Pusaka Karo
Melihat ini semua, maka perlu dilakukan suatu kelangsungan budaya, dengan cara membudidayakan, melestarikan atau mencegah dari kepunahan. Maka muncul lah Museum Pusaka Karo yang berada di Berastagi, sekitar 20 meter dari kantor Informasi Wisata (Tourist Information) atau sekitar 50 meter dari Monumen Perjuangan Berastagi.
Sejarah Museum Pusaka Karo
Berawal dari gagasan seorang misionaris Belanda Joosten Leonardus Edigius yang dikenal sebagai Pastor Leo Joosten Ginting (bere-bere Sitepu). Terpanggil untuk melestarikan nilai-nilai budaya Karo, mengingat tugas Gereja yang luhur untuk semua bangsa dan suku di dunia.
Sebagaimana dirumuskan oleh Konsili Vatikan II dalam Sacrosanctum Concilium nomor 37 dan Konsili Gaudium et Spes nomor 53-62.
Para sahabat di Taneh Karo dikumpulkan untuk menghimpun barang-barang dan perkakas sebagai pusaka Karo yang akan dipamerkan dengan gambar “tempoe doeloe” yang sudah dukumpulkan dari berbagai sumber dan media.
Sebagaimana telah tertera dalam akte pendirian Museum Pusaka Karo yang dibuat di kantor notaris Fransiska Br. Bangun, SH. M.Kn dan didaftarkan pada kantor pengadilan Negeri Kabanjahe, museum pusaka Karo dikelola dalam Lembaga Museum Pusaka Karo.
Lembaga ini akan ditingkatkan menjadi Yayasan Pusaka Karo yang akan didaftarkan pada Kantor Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Museum Pusaka Karo yang merupakan bekas gedung Gereja Katolik (lama) di Jln. Perwira No. 3 Berastagi, mulai dibangun pd tahun 2010 dan diresmikan pada tanggal 9 Februari 2013 oleh Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya dan ibu Lisa Tirto yang menjadi penyandang dana (sponsor) pendirian museum dan rumah adat Karo “Rumah Gugung Tirto Meciho”.
Baca Juga Rumah Adat Batak Toba